Cerita Saat Menjadi Putune Baden Powell

 

 Masih ingat dengan geng ngonthel?, kalo lupa silahkan baca dulu di sini linknya maszeh. Saya ingin bercerita tentang pertemanan kami lagi, saya dulu adalah manusia yang enggak suka diam, saya sangat menyukai kegiatan di luar sekolah, ndilalah saya bertemu dengan teman yang sehobi dan sehati, maka dari itu saya dulu aktif di Pramuka, bahkan waktu SMA saya sempat menjadi Pembina di SD dan MI di kampong (dulu menjadi pembina sudah keren pwoll). Dari 4 manusia dalam pertemanan kami, hanya 3 orang yang aktif di pramuka, karena mbak ul si pemalu tidak suka kegiatan yang bertemu dengan banyak orang, beda dengan kami : aku, mbak pir (nying-nying) dan mbak bin yang suka melanglang buana dan nginep di sekolah-sekolah.

Barusan, saya sedang kangen dan iseng-iseng membuka foto-foto lama. Kalau diingat, bisa-bisanya kami nyambi sekolah dengan membina pramuka alias nggolek keseeel. Masalahnya, jadwal mengajar pramuka adalah hari aktif dan posisi kami juga masih pelajar, jam pulang sekolah kami dengan jam masuk mengajar pramuka tuh mepet poll, jadi seringkali kami menjelma menjadi pembalap.Sebenarnya bisa saja kami telat masuk, toh kelas juga tidak akan dimulai jika tidak ada kami. Tapi ada banyak pertimbangan-pertimbangan, apalagi kami mendidik anak-anak kecil, di mana anak kecil pada dasarnya suka meniru. Pernah kami sedikit telat, lalu minggu selanjutnya diikuti dengan mereka yang telat, mereka beralasan " lah kakak kemaren datengnya jam segitu, saya kira hari ini juga telat". Begitu entengnya lisan anak-anak membuat kita berhati-hati dalam bersikap, iso-iso diwalek lur

 

ini adalah foto kegiatan kami di luar kelas, yaa memang ekstrakulikuler sebenarnya adalah hiburan dengan ilmu tipis-tipis. Jadi seringkali anak-anak teriak "kaaaak ayok nang andhil, bosen ning kelas tok".


 

Lihatlah betapa tulus tawa mereka, di mana masalah terbesar hanya PR matematika dan tugas bikin yel-yel. Percaya tidak percaya, secapek-capeknya kami pulang sekolah ngonthel dengan jarak yang tidak bisa dibilang dekat, tapi saat kami sudah berada di depan anak-anak ini; rasa lemas, letih, lesu, keju, kemeng yang kami rasakan hilang seketika, nanti baru kerasa lagi kalau sudah nyampek rumah, gempor tenan!!

Saya sangat berterimakasih pada mbah Baden Powell, berkat beliau masa muda kami disibukkan dengan sesuatu yang menyenangkan, kami bisa mengenal yang namanya Pramuka, suwun mbah 👐. Dengan aktif mengikuti pramuka, kami menjadi banyak cem-ceman teman, karena setiap persami atau kemah pasti bertemu dengan anak-anak dari sekolah lain. 

Tapi seseru-serunya ikut kegiatan pramuka, ada satu hal yang perlu diwaspadai, yakni jangan sampai terjebak "cinta di patok tenda". Yaa karena jaman dulu saat sosial media masih belum setrend sekarang, menyimpan perasaan kepada anak beda sekolah dan hanya ketemu pas kemah sudah dirasa mustahil akan bisa bersatu. Itu dulu lho, beda dengan jaman sekarang, ketika sudah tau namanya saja kita bisa cari informasi se mbah-mbahnya juga. Jangankan beda sekolah, beda pulau saja adek siap maju mas!!. Lah kalau dulu? patok tenda dicabut maka cintamu juga harus dibawa pulang dek 😢

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Letter For My "Orang Aneh"

Doa yang Tertunda, Ustadz Hanan Attaki

Opini Tentang Buku "The Mirror of Mohammed" by Abdul Ghaffar Chodri