Opini Tentang Buku "The Mirror of Mohammed" by Abdul Ghaffar Chodri
Buku adalah buku pertama yang saya baca di tahun 2025, buku yang mungkin tidak akan saya sangka akan membacanya karena saya dulu kurang suka buku-buku yang berbau agama. Tapi semakin dewasa maka bacaan kita akan berkembang pula, dulu saya yang sangat menyukai buku-buku bertema cinta dan patah hati beralih ke buku-buku yang lebih serius seperti kumpulan essay dan sekarang saya berakhir di bacaan-bacaan tentang pengetahuan agama.
Saya 10 tahun lalu tidak akan percaya hal ini akan terjadi di hidup saya, mengingat begitu membosankan pelajaran-pelajaran agama dan saya sekarang dengan kesadaran penuh membeli buku-buku agama dan membacanya sampai habis. Bukan tanpa alasan, saya mulai nyaman dengan bacaan-bacaan islamic karena saya sudah mulai mengenal agama saya sendiri, saya sudah sadar akan perasaan cinta yang saya miliki pada Allah dan Rosul-Nya. Apalagi semenjak sepulang umroh, banyak hal yang berubah di hidup saya termasuk cara pandang saya terhadap agama, semakin saya mendalami, semakin saya bersyukur telah lahir dalam keadaan Islam (mungkin ini akan saya ceritakan di lain hari).
Balik lagi ke topik, buku ini saya beli sebagai hadiah ulang tahun saya, dengan uang hadiah yang dikasih oleh teman saya. Buku yang secara tidak sengaja saya beli dengan harapan memperdalam kecintaan saya pada Sayyidina Muhammad. Saya kira buku ini akan menceritakan secara mendetail kehidupan Rosulullah termasuk sebab akibat adanya hadist tertentu. Ternyata saya salah, buku ini memang menceritakan tentang kehidupan Rosulullah sebagai refleksi agar kita sebagai umatnya meneladani beliau. Tapi saya rasa buku ini seperti kumpulan-kumpulan hadist yang membahas topik tertentu.
Seperti satu topik tertentu diperkuat dengan adanya beberapa hadist, juga hadist yang dicantumkan sepertinya hadist-hadist yang biasa kami dengar waktu masih sekolah atau kuliah. Saya pribadi menganggap 80 persen hadist yang ada di buku ini pernah saya pelajari, 10 persen adalah hadist baru dan 10 persen lagi verisi cerita-cerita para ulama' yang mencintai Rosulullah.
Banyak hal yang bisa kita pelajari dari buku ini, seperti fadhilah sholawat yang didawamkan akan memiliki berkah yang sedemikian. Mengetahui hal tersebut membuat saya merasa bahwa sebagai umat islam dan pecinta Nabiyullah Muhammad SAW harusnya kita memperbanyak sholawat untuk menunjukkan rasa cinta kita kepada beliau.
Dalam buku ini juga terdapat hadist yang baru saya baca usia dewasa ini, yakni cerita tentang Nabiyullah Muhammad dengan sahabat yang bernama Zahir (sahabat yang dikenal memiliki wajah buruk dan tidak enak dipandang). Cerita ini membuat saya menangis mengingat Rosulullah adalah sosok yang indah dan mengindahkan orang lain, bagaimana saya tidak menangis ketika membaca kisah Zahir ini. Diceritakan ketika Rosulullah mendatangi Zahir yang sedang berjualan, Rosulullah mencandai Zahir dengan memeluknya dari belakang dengan erat, mengetahui yang memeluknya adalah Rosulullah Zahir balik mencandai Rosululloh dengan memegang erat pelukan Rosulullah agar pelukannya tidak bisa terbuka. Dengan gurauan dari Zahir, lagi-lagi Rosulullah mencandainya dengan berteriak selayaknya orang yang sedang berjualan menawarakan dagangannya, "siapa yang mau membeli budak ini?", selepasnya Zahir berkata "Ya Rosulullah, seperti yang engkau ketahui bahwa aku ini murah (tidak laku dijual)". Mendengarnya, Rosulullah Saw. pun bersabda "Di sisi Allah kamu sangatlah mahal".
Hadist ini membuat saya menangis, setidaknya karena beberapa hal: pertama, saya sangat iri dengan sahabat yang dimuliakan nabi, yang bisa dipeluk, didoakan, dan bisa bercanda bersama. Hati umat mana yang tidak iri dengan interaksi-interaksi yang dilakukan oleh sahabat dan Rosulullah, semoga kita bisa merasakannya nanti di akhirat atas ijin Allah SWT.
kedua, saya membayangkan betapa mulianya pribadi Rosulullah yang tidak membeda-bedakan umatnya, Zahir yang terkenal memiliki wajah yang tidak enak dipandang tapi Rosulullah mencandainya, apalagi dengan "memeluknya". Bisa dibayangkan, tidak semua orang bisa menyentuh Rosulullah tapi beliau malah memeluk sahabat Zahir.
ketiga, Rosulullah sangat menjaga perasaan orang lain, dengan menghargai Zahir yang merasa dirinya rendah tapi Rosulullah memberinya kabar bahagia. Dan Rosulullah bukan seperti kita yang bisa berbicara tanpa makna atau sekedar basa basi, Rosulullah ini Al-Amin, yang keluar dari mulutnya hanyalah kebenaran. Dengan membaca buku ini saya semakin mencintai Rosulullah dan semakin menyukai buku-buku serupa. Karena mustahil bagi umat yang mengaku mencintai Rosulnya tapi tidak ingin mengetahui kehiduppan Nabiyullah Muhammad.
Buku ini sangat cocok dibaca bagi yang ingin banyak membaca hadist-hadist masyhur, karena buku ini banyak sekali mengandung hadist-hadist yang membuat kita semakin cinta dengan Rosulullah Muhammad SAW. Selamat membaca!!
Komentar
Posting Komentar