Doa yang Tertunda, Ustadz Hanan Attaki
Berawal dari kegelisahan mencari judul skripsi, beberapa dosen bilang kalau ingin dapat judul harus peka dengan lingkungan sekitar, karena memang bikin skripsi tuh intinya cari masalah dan kita sendiri juga yang harus menyelesaikannya. Di semester akhir dulu, ada fenomena hijrah di kalangan anak muda, kurang lebih berawal dari tahun 2017, banyak sekali perubahan-perubahan sekitar yang memang sedikit menonjol, seperti pakaian teman-teman wanita saya yang mulai longgar alias sesuai syari’at islam, jilbab juga mulai panjang bahkan ada juga yang mulai bercadar (dulu yang gak terlalu berani pake cadar, mereka sering pake masker), dan yang paling keren beberapa teman saya diputusin pacarnya dengan alasan “hijrah”, dulu juga gencar sekali hashtag Indonesia tanpa pacaran.
Saya juga manusia yang termasuk ikut arus trend hijrah ini (meski gak totalitas), kerudung saya yang tipis saya hibahkan, saya anti pakai celana jeans atau celana-celana yang ketat, memang pakaian saya tidak berjubah, tapi minimal pakaian atas panjangnya sampai lutut juga jilbab yang selalu menutup dada (tapi memang ada perasaan aman yang tidak bisa dijelaskan ketika menggunakan jilbab yang sesuai syari’at).
Saya juga suka lihat postingan-postingan dakwah, nah kebetulan saya lihat postingannya ustadz hanan, beliau ustadz muda dengan penampilan kekinian, founder pemuda hijrah yang saya lihat jamaahnya rata-rata anak muda. Saya salut dengan beliau, mendengar ceramah-ceramahnya membuat saya berfikir bahwa Islam itu penuh kasih sayang, tetap bisa keren meskipun sesuai dengan syari’at, dan yang paling penting mengubah pandangan saya terhadap Islam, bahwa patuh pada agama itu gak seseram yang saya bayangkan. Rasanya saya seperti menemukan sumber air di tengah-tengah persawahan, ibaratnya saya sudah punya bibit tanaman dan tinggal mengairi saja dan merawatnya.
Singkat cerita, saking ngefansnya saya kepada beliau, saya mengambil tema judul skripsi yang mengangkat tentang dakwah beliau. Saya mengajukan judul “Komunikasi Persuasif ustadz Hanan Attaki terhadap anak muda dalam media sosial instagram”, sebagai anak komunikasi yang dibawah naungan fakultas dakwah, judul yang saya ambil harus mengandung 2 komponen tersebut. Alhamdulillah perjalanan skripsi saya berjalan dengan menyenangkan, karena saya memang dengan senang hati meneliti kajian-kajian beliau (sekedar tips buat mahasiswa akhir, jika mengajukan judul lebih baik topik yang diminati, karena pasti sangat berpengaruh dengan mood saat mengerjakan skripsi).
Pada tahun 2018 nama beliau naik daun, di youtube mulai banyak kajian-kajian beliau dengan durasi panjang, dari yang terbaru sampai rekaman ceramah beliau beberapa tahun sebelumnya. Semakin banyak juga bahan-bahan penelitian saya, saya semakin suka mendengar ceramah-ceramah beliau. Melihat perkembangan ceramah beliau, saya yakin beliau benar-benar memutar otak untuk menemukan formula dakwah yang cocok dan bisa diterima di kalangan anak muda. Saya sangat mengagumi beliau dari segala sisi, dari suara belaiau yang lembut (awalnya saya mengira beliau ini wanita, karena postingan yang saya temui dulu hanya kata-kata dan suara tanpa menunjukkan si penceramah), cara beliau berpenampilan, cara beliau berdakwah ; seperti pemilihan analogi, diksi yang beliau pakai, juga kalimat-kalimat yang rendah hati dan tidak egois.
Saat saya sidang di tahun 2019, dosen penguji saya tanya “mau kamu nikah sama ustadz Hanan?”, tanpa ragu saya menjawab “mau banget pak!”, terus dosen saya bilang “ya tapi ustadznya yang gamau sama kamu”, haha lucu pol weka wekaa -_-. Namanya juga idola, siapa sih yang gak mau dinikahin sama idolanya, ya mau banget kan yaa. Alhamdulillah, nilai skripsi saya A+ dan kata para penguji tulisan skripsi saya bagus dan beda dari skripsi yang lain sampai saya disuruh penelitian lebih lanjut tentang topik tersebut, tapi karena saya malas betul jadi saya cuma iya-iya aja.
Saya dulu membatin, saya sudah bikin skripsi tentang beliau, rasanya pengen banget ikut kajian langsung bersama beliau, tapi rasanya seperti mustahil karena beliau di daerah Bandung. Saya cuma berdoa kepada Allah jika diijinkan saya ingin bertemu dengan beliau langsung. Dan dari penelitian saya dulu, ada satu pertanyaan yang masih belum bisa saya temukan jawabannya, tapi tidak saya cantumkan di skripsi karena saya sadar betul akan ada kesulitan karena saya belum menemukan jawaban yang saya inginkan.
Lambat laun setelah saya lulus, saya mulai jarang mendengar ceramah beliau lagi karena saya juga kepincut dengan ceramah Cak Nun, Dr. Fahrudin Faiz dan Gus Baha. Gaya dakwah yang saya sukai mulai bergeser, saya lebih suka ceramah-ceramah yang berbau bahasa jawa.
Lama saya tidak mendengar ceramah beliau, dan asyik dengan dunia saya sendiri, tiba-tiba takdir mempertemukan saya dengan beliau. Saya yakin tidak ada yang kebetulan di dunia, semua sudah diatur oleh Allah. Saya yang jarang berkomunikasi dengan teman-teman sekitar, tiba-tiba saya mengirim pesan sekedarnya dan teman saya mengirim pamphlet kajian ustadz Hanan. Akhirnya kami janjian untuk datang bersama. Tidak hanya itu, Allah juga mempermudah kehadiran saya di majlis dengan fleksibelnya jam kantor hari itu, MasyaAllah.
Ustadz Hanan memiliki beberapa agenda di Jember, salah satunya majlis di masjid Riyadhus sholihin (masjid sekolah keponakan saya), Alhamdulillah saya bisa bertemu langsung dan mendengarkan kajian beliau. Ada beberapa perasaan yang tidak bisa digambarkan ketika melihat beliau langsung, sebuah perasaan yang indah. Saya jadi berpikir, melihat ulama’ saja rasa bahagianya bisa seperti ini, apalagi ketika melihat Rosululloh saw.
Saya mengikuti kajian dengan hikmat, meski ada beberapa hal yang tidak bisa saya ceritakan disini yang pastinya membuat saya sedih, dan saya berdoa semoga Ustadz Hanan selalu dikuatkan dan tetap tegar menebar kebaikan. Setelah saya selesai mengikuti kajian, sebenarnya saya masih belum merasa puas karena kajian yang ustadz Hanan bawakan lumayan singkat dari yang biasa saya lihat di youtube.
Sebenarnya ada kajian satu lagi di Jember, keesokan harinya. Tapi, saya sudah ada janji dengan klien jadi tidak bisa hadir lagi di kajian Ustadz Hanan. Saya sudah mencoba ikhlas, saya pikir Allah sudah terlalu baik mengijinkan saya datang kajian tadi malam, itu sudah cukup. Tapi qodarulloh, pagi hari atasan saya telfon karena beliau ingin hadir di kajian Ustadz Hanan dan mereschedule meeting pagi ini. Rasanya seperti dikasih permen lollipop warna-warni, senang betul. Akhirnya saya ikut kajian bersama atasan saya. MasyaAllahnya lagi, kali ini saya bisa melihat ustadz Hanan dengan jarak yang lumayan dekat, saya juga bisa foto bareng meski saya berada di pucuk, tapi saya sudah bersyukur poll.
Mengikuti kajian beliau langsung masih terasa seperti mimpi, dan Allah mengijinkannya. Doa yang saya panjatkan 5 tahun lalu, akhirnya dikabulkan oleh Allah, sebuah doa yang bahkan saya lupa pernah memintanya. Tapi Allah memang maha segalanya, Allah selalu menerima doa dalam bentuk apapun. Allah tidak pernah membiarkan hamba yang berharap padanya merasa kecewa.” Allah tuh baik banget”, kalau kata ustadz Hanan teh (ala logat ustadz Hanan).
Satu kalimat yang saya ingat betul di kajian beliau “jangan rencanakan hidup pakai hati, tapi pakai akal. Semua organ tubuh boleh ikut ikhtiar kecuali hati”, kalimat yang sungguh menenangkan buat saya yang terlalu pede dengan rencana-rencana yang saya buat. Terus beliau juga bilang, “kenapa kita kalau doa itu menatap langit, karena langit itu kiblatnya doa, seperti ka’bah sebagai kiblatnya sholat”, masyaAllah denger itu saya pengen nangis, ingat kisah Rosul saat dihina dan beliau sungkan untuk berdoa dan hanya menatap langit, tapi Allah tahu, Allah tahu segalanya. MasyaAllah.
Ada satu pertanyaan yang tidak bisa saya dapatkan jawabannya waktu penelitian dulu, saya kepo banget kenapa ustadz Hanan jarang membahas soal fiqih, dan jawaban itu saya dapatkan setelah 5 tahun, kemarin beliau bilang bahwa kajiannya memang jarang banget membahas fiqih karena beliau dulu kuliah di ilmu tafsir Al-qur’an, dan juga beliau memang menghindari perdebatan fiqih. Sebenarnya saya juga ingin bertanya langsung tentang sesuatu, tapi sayangnya tidak ada sesi tanya jawab. Tapi Allah tuh emang baik banget, meski saya tidak sempat bertanya pada ustadz Hanan, Alhamdulillah saya sudah mendapat jawabannya. Allah emang keren, dan selalu tahu apa yang saya butuhkan, MasyaAllah.
👏🏾✨
BalasHapus🙏🙏
Hapus