Opini Santuy Tentang Buku "Hari-Hari yang Mencurigakan"
Pembaca buku memang punya banyak karakter, ada yang beli buku langsung dibaca, ada yang suka beli tapi jarang baca (alias koleksi buku), ada yang lebih suka pinjam buku, ada yang suka buku fisik, ada yang suka buku digital, dan lain sebagainya. Kalau aku, adalah pembaca yang bisa sehari menghabiskan satu buku, bisa juga berbulan-bulan tidak menyentuh buku. Tapi percayalah, buku adalah sebuah pelarian, entah dari rasa bosan atau bahkan rasa sakit.
Uniknya lagi, aku bisa mengulangi bacaan tertentu daripada memilih untuk membaca buku baru, aku juga bisa mengabaikan buku yang kubeli dengan hanya membukanya dan membiarkannya bertahun-tahun tak terbaca, seperti buku Hari-hari yang mencurigakan dari Dea Anugrah. Buku ini sudah lama aku beli bahkan dari saat Pre-Order, tapi aku baru membacanya. (Lebih tepatnya menghabiskannya) setelah 2 tahun wqwqwq. Sungguh sangat memalukan bagi yang suka mengaku mengidolakan penulisnya.
Buku ini berhasil kuhabiskan dalam waktu sehari, dan novel pertama Dea Anugrah ini menjadi pengalaman pertama yang menyenangkan bagiku sebagai pembaca, apalagi sebagai pembaca yang mengidolakan Dea Anugrah. Dari cara penulisannya yang berbeda dari sebelum-sebelumnya, menurutku Dea Anugrah ini bisa disebut berhasil dalam karya novel pertamanya.
Novel ini berasa hidup dengan karakter-karakter yang saya kenal, apalagi nama tokohnya Dea Anugerah yang ada (e) nya, membuatku selalu membayangkan wajah Dea Anugrah di tiap gerak-gerik tokohnya. Sebuah kesenangan tersendiri bagi pembaca, kami tidak perlu repot-repot menghayal dan meraba-raba seperti apa sosok tokoh utama disini.
Kedua, alur cerita yang dibuat sangat menyenangkan, meski kalimat yang dibuat Dea Anugrah terkadang sedikit sulit untuk dipahami sehingga aku membaca ulang kalimat tersebut untuk sekedar mengetahui maksudnya, meski begitu kadang juga tetap tidak paham hehe.
Ketiga, novel ini mengandung humor yang cukup berhasil, novel ini adalah novel pertama yang membuatku tetawa terbahak-bahak dengan kalimat konyol dan ekspresi tokoh yang kubayangkan itu Dea Anugrah sendiri.
Ada kepuasan tersendiri setelah membaca novel ini, meski awalnya aku merasa sulit untuk memahami tapi lama kelamaan aku bisa menyesuaikan dan menikmati novel ini. Ada sedikit penyesalan karena membaca buku ini selang 2 tahun setelah aku membelinya, “kenapa gak dari dulu ya aku baca novel sekeren ini?”. Dan pada akhirnya seperti sebelum-sebelumnya, aku menjadi punya standard lain di bacaan, aku mencari bacaan yang setara dengan tulisan Dea Anugrah ini, yang membuatku semakin pemilih dalam bacaan.
Komentar
Posting Komentar