Menutup Juni Bersama Kunto Aji

Seperti lirik lagu Hindia - Mata Air (bisa diputar lagunya saat membaca tulisan ini), "Menghabiskan gaji untuk diriku sendiri, membeli satu tiket film terkini, memesan yang cukup hanya untuk satu porsi, menyanyikan kunto aji di tengah muda mudi", lirik itu cukup mewakili para muda mudi yang sesekali melakukan self reward agar tetap rekoso kerjo, karena hidup ini sudah cukup bangsat bahkan ketika kita enggak ngapa-ngapain, jadi sesekali menyenangkan diri sendiri juga ndakpapa. Lah kalo bukan diri sendiri mau siapa lagi yang mau nyenengin kamu?, kan kamu jomblo haha.

        Saya adalah manusia yang jarang melakukan self reward yang ndakik-ndakik, karena beli seblak saja saya sudah seneng, hati saya sudah gembira melihat kuah merahnya atau sekedar beli eskrim saja saya sudah merasa melakukan self service yang baik, padahal bagi orang lain atau bahkan kamu yang baca membathin "mek ngunu tok?", Iya, ngunu tok kok, suimpel. Karena memang kadar kebahagiaan dan bentuk self service orang beda-beda. Teman-teman saya bentuk self reward-nya juga macam-macam, ada yang beli bunga untuk dirinya sendiri lengkap dengan kartu ucapannya, ada yang beli kue dengan tulisan semangat dan terimakasih, bahkan ada yang bagi-bagi duit 2000-an buat anak-anak perkampungan yang lagi maen. Ada yang membahagiakan dirinya sendiri, ada yang membahagiakan orang lain untuk kebahagiannya sendiri. Caranya beragam, dan enggak ada yang salah, yang salah itu orang-orang yang nyinyir melihat bentuk self reward orang lain. Dan kalo nemu orang-orang nyinyir macam ini yaa halal saja dijawab "kenapa? gerah ya?" wqwqwq.

Meski saya manusia sederhana yang dengan hal-hal kecil saja saya sudah seneng, tapi saya juga pengen kayak yang lain, kalo jawanya "ben podo karo liane". Saya merasa bulan Mei kemarin saya sudah bekerja keras bagai kuda, maka dari itu saya merasa pantas untuk self reward yang lebih dari biasanya yaitu nonton konser. Meski sebenarnya saya benci keramaian, tapi untuk saat ini saya harus memakluminya demi kemaslahatan bathin saya. Lah masa iya mas Kunto Aji sudah jauh-jauh ke jember saya gak nonton, yo rugi reekk!!.

Di akhir bulan juni kemarin, konser mas Kun diselenggarakan, bersama 2 penyanyi lainnya. Saya ketar-ketir saat akan berangkat nonton konser, takut gak kuat dan pingsan karena melihat banyak orang seperti yang pernah saya alami di mall beberapa tahun lalu, sungguh menggilanikan. Tapi, hati saya yang terlanjur bungah karena akan ketemu mas Kunto Aji membuat saya kuat dan tidak menyerah seperti Boboiboy api. Saya semangat betul, bahkan sehari sebelum konser saja mood saya baik sekali.

Saya memang bukan anak yang suka nonton konser, bahkan kalo bisa milih saya mending nonton di yutub saja daripada uyel-uyelan  dengan banyak mahluk bumi. Lah tapi ini yang dateng mas Kunto Aji lho, penyanyi favorit saya, sebab itu saya pengen banget nonton karena sudah lama sekali saya ngidam lihat mas kun nyanyi langsung. Rasanya seperti mimpi, kok bisa yaa mas Kunto Aji bisa nyampe di kota kecil ini. Saya semangat betul membayangkan atmosfer yang tercipta saat mas Kun menyanyikan lagu-lagunya secara langsung. Apalagi lagu rehat, lagu yang penuh dengan kalimat menenangkan. Lagu ini adalah lagu yang paling saya tunggu selain pilu membiru. jujurly saya punya  kenangan tersendiri dengan lagu rehat, karena lagu ini yang menemani saya di masa-masa sulit, seperti saat saya sedang skripsian, saat saya menyalahkan diri sendiri karena dihianati pasangan, saat saya lelah mencari kerja dan bahkan sampai saat ini, saat saya masih belum menjadi apa-apa. Lagu rehat selalu saya putar ketika saya merasa kosong, lalu dengan mantra-mantranya, saya merasa seperti ditemani, saya merasa pundak saya dipuk-puk, dan indahnya saya merasa punya teman.

Saya yakin betul karya yang berasal dari hati akan sampai ke hati juga, saya juga yakin saat mas Kunto Aji menciptakan lagu ini, tidak hanya dirinya saja yg ada di kepalanya. Saya selalu kagum dengan orang-orang yang bisa menyentuh hati manusia lain dengan karyanya, membuat saya juga ingin menjadi yang demikian. Barangkali, dengan menjadi alasan orang lain untuk tetap bahagia adalah menjadi jalan bagi saya untuk mendapat Ridho Tuhan, bukan Ridho roma.

Akhirul kalam, saya hanya ingin berterimakasih untuk mas Kunto Aji dengan karya-karyanya yang ciamik, karya yang berwujud seperti sebuah pelukan bagi hati yang sedang tidak baik-baik saja. Kami (termasuk orang-orang yang merasakan hal yang sama seperti saya), selalu mendoakan untuk kesehatan dan kebaikan buat mas Kun dan keluarga. Semoga lebih banyak lagi karya-karya yang sampai ke hati. Terimakasih sudah menjadi penutup di bulan juni yag manis, sekali lagi Terimakasih (emot love tapi gak retak).

 

 

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Letter For My "Orang Aneh"

Doa yang Tertunda, Ustadz Hanan Attaki

Opini Tentang Buku "The Mirror of Mohammed" by Abdul Ghaffar Chodri