Perihal Seni-Senian dan Perfilman
Pemutaran film dan pameran karya seni di gedung Jklab pada 05 Juni 2022 adalah salah satu rentetan acara dari J Artfest (festival seni dan kebudayaan Jember). Setelah kurang lebih 2 tahun ruang gerak dibatasi karena adanya perusuh coronavirus, untuk pertama kalinya tadi malam saya merasakan kembali suatu hal yang sudah lama hilang. Perasaan bahagia dan haru serta beberapa perasaan yang sulit dijelaskan saya rasakan tadi malam, entah karena saya terlalu kangen dengan suasana seperti ini atau karena saya merasa jauh dengan dunia yang sempat saya cintai dengan sepenuh hati, apasih.
Saya tertarik datang karena memang salah satu pemateri di acara tersebut adalah salah satu teman yang saya kenal, jadi saya ingin sekedar menyapa dan memang aslinya saya lagi kangen aja sama acara-acara beginian, rasanya seperti nostalgia saat bersama dia masa maba hehe. Karena rasa kangen dan rasa malas lebih besar rasa malas jadi saya sempat berpikir untuk tidak jadi datang dan memilih turon-turon, tapi hati kecil saya berbisik "nak, waktunya kamu bangkit dari kubur eh tidur", lalu dengan semangat saya macak dan akhirnya saya berangkat meskipun telat dan ketinggalan setengah dari bagian acara.
Sebenarnya kemalasan saya bukanlah alasan satu-satunya, tapi karena film yang diputar adalah film yang sudah saya lihat beberapa tahun lalu, yang saya pikir dulu tidak menarik. Tapi pikiran saya sepenuhnya salah, hati kecil saya yang benar (memang hati gapernah salah, apadah). Setelah saya menonton kembali film yang saya anggap tidak menarik beberapa tahun lalu itu, ternyata sangat berbanding terbalik dengan pandangan saya saat ini. Film yang sempat saya tonton adalah Film Etanan yang disutradarai oleh Riandhani Yudha Pamungkas dan Film Ayo Dolan yang disutradarai oleh mas Rosyid yang saya panggil mas Unap (nama panggung yang ia kenalkan waktu mengisi materi diklat ruang saat saya masih maba). Kedua film ini pernah saya tonton sekitar 4 tahun lalu, dulu saya menganggapnya biasa saja, tapi saat saya menontonnya lagi, ada perasaan sesak yang mendalam. Film Etanan berhasil membuat saya menahan air mata di menit terakhir, sebenarnya saya ingin menangis tapi gengsi jadi saya lebih memilih menahannya dan perasaan sesak tadi semakin menjadi-jadi. Juga Film Ayo Dolan yang bahkan saya lupa bagaimana perasaan saya saat menontonnya dulu, berhasil membuat saya cukup sesak dan terharu.
Setelah pulang dari acara, saya sempat berpikir bahwa sebuah karya memang akan menemukan penikmatnya masing-masing. 4 tahun lalu mungkin saya tidak tertarik dengan film tadi karena pesan yang disampaikan masih tidak sampai, tapi setelah 4 tahun kemudian saat saya sudah belajar lebih mengenal hidup dan lebih banyak bertemu dengan manusia lain, saya lebih mudah menerima pesan-pesan yang tersirat, 4 tahun yang sudah saya lewati membentuk pola pikir saya yang baru. Jadi pada intinya, tidak ada karya yang buruk atau tidak menarik, hanya saja belum menemukan penikmatnya. Seperti yang sedang ramai di twitter akhir-akhir ini, "kalo dagangan lo dibilang terlalu mahal, ya berarti target marketnya bukan dia". Di akhir kalimat saya dengan tulus mengucapkan terimakasih untuk Riandhani Yudha Pamungkas dan mas Rosyid beserta crew yang sudah bikin film yang bikin saya terharu dan nyesek poll. Sukses selalu perfilman duniawi, salam sineas muda!!. wqwqwq
Komentar
Posting Komentar