Mereka Semua Sama, Kecuali yang Ada di Hatinya dan Hanya Tuhan yang Paham

Gambar Kopi Dan Rokok - TeknoGrapic
Ilustrasi foto dari google

“Mereka semua seperti hewan!” Sebuah makian membumbui kopi yang baru saja dipesan oleh Tan

“Kita semua masuk dalam kingdom animalia, kecuali kalau kamu bisa berfotosintesis" sahut santai manusia yang baru saja menyulut puntung rokok sisa semalam

“Maksudku mereka tidak bisa berpikir, persis seperti hewan!, Lihatlah!” Manusia muda yang menggebu-gebu itu menyodorkan handphonenya

“Hewan juga bisa berpikir. kau tahu? tiap pagi burung-burung bangun dan bergegas mencari makan, bukankah itu bentuk dari sebuah pemikiran?. Bahkan mereka tidak pernah bermalas-malasan seperti manusia. Dan mereka juga tidak pernah mbangkong seperti kamu" jawab Dul santai yang hanya melirik handphone Tan, tidak tertarik.

“Tapi mereka tidak berperasaan Dul, dan itu hewani sekali" suara Tan mulai meninggi 

“Kau tahu, bahwa ada induk sapi yang berdoa pada Tuhan agar nabi Yaqub merasakan rasa sakit kehilangan seorang anak sama seperti yang ia rasakan saat anaknya disembelih di depan matanya sendiri, bukankah itu adalah wujud dari perasaan, dan seekor sapi juga memilikinya" mulut Dul mengeluarkan asap dengan santai, persis seperti asap knalpot motor 2 tak, tapi tidak tahu dengan baunya, mungkin saja lebih buruk dan bikin mual.

“Pokoknya mereka seperti hewan!! seperti tidak punya Tuhan" makian Tan kian membabi buta, bahkan ia lupa dengan kopinya yang tidak semakin panas seperti jantungnya yang meletup-letup mendidih.

“Bahkan hewan sekalipun senantiasa berdzikir meski di kedalaman samudra Tan, tidak seperti kita yang kadang lupa harus menjawab ketika nama nabi kita disebut" sekarang mulut itu berganti menyeruput kopi yang diyakini banyak manusia untuk melupakan segenap masalahnya, atau itu cuma akal-akalan tukang kopi saja yang seringkali memasang spanduk ngopi sek cek gak spaneng. Ah tapi para ulama juga menyebut kopi adalah anggur arab, memabukkan.

“Ku tengok-tengok dari tadi kau membela kumpulan keparat itu. Kau lupa kalau diam dalam melihat kedzaliman berarti menjadi bagian didalamnya, istighfar Dul!!” kali ini tak hanya sebuah artikel yang ditulis jurnalis abal-abal yang membuat Tan kesal, melainkan ditambah seonggok manusia didepannya juga.

“Aku tidak membela siapapun Tan, dari tadi kamu ngomong ngalor ngidul seakan perbuatan buruk hanya dilakukan hewan. Seburuk apapun itu kita tidak punya hak untuk merasa jauh lebih baik dari makhluk lain Tan. Istighfar kau!!” pembalasan epic untuk mengingat Tuhan.

“helleeeh, subuh diganti jadwal shift siang saja sok-sokan kau Dul" sekarang Tan mulai membantu malaikat untuk turut menghitung amalan seseorang.

“Dosa seseorang tidak bisa menghalangi perkataan baik yang diwajibkan Tuhan Tan, dan kau tahu itu" ucap Dul yang terus ngudut meski baranya hampir mengenai kedua jarinya yang menghimpit rokok.

“lah terus kamu tidak mangkel melihat berita ini?, Kau tahu ciri-ciri orang yang gelap hatinya adalah orang yang sama sekali tidak peduli melihat kedzaliman Dul dan kau paham betul itu" Tan mendengus

“Bukan aku tidak peduli Tan, tapi sedari tadi kau memojokkan hewan, seakan-akan mereka pantas melakukan hal seburuk itu. Kau tahu, bisa jadi hewan lebih bertaqwa dari manusia. Hancok!!” Dul melempar puntung rokok yang membakar jarinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Letter For My "Orang Aneh"

Doa yang Tertunda, Ustadz Hanan Attaki

Opini Tentang Buku "The Mirror of Mohammed" by Abdul Ghaffar Chodri