Mengirim Pelukan Hangat Untuk 2018
Foto yang saya ambil di Mall Bogor |
Saya pernah dengar, ada yang mengatakan bahwa jika seseorang tengah mengenang masa-masa indah di masa lampau berarti dia sedang tidak bahagia di masa sekarang. Saya tidak keberatan dengan pernyataan itu, toh ada benarnya juga dan yang penting tidak melanggar syariat agama. Selain iseng, ketika sedang mengenang berarti kita sedang rindu, dan ketika sedang rindu maka kita sedang sedikit sedih karena kangen, ya tho?.
Selama pandemi yang berjalan kurang lebih 2 tahun ini saya jadi lebih sering mengenang masa-masa sebelum korona merajalela. Dalam benak saya seringkali muncul pertanyaan, "kapan ya kita bisa keluar tanpa masker?", pertanyaan itu sering muncul di kepala saya sesering pertanyaan "kapan aku rabi ya Allah?" *emot nangis. Keduanya adalah hal yang bisa saja terjadi tapi kapan terjadinya hanya Gusti Pengeran yang tahu dan yang mengerti caranya. lah kok mblakrak tutuk rabi peh!
Sebenarnya pada kesempatan ini saya ingin menceritakan hal-hal yang membahagiakan bagi saya, kumpulan kebahagiaan itu terangkum pada tahun 2018. Lebaynya saya menyebut tahun 2018 adalah tahun hoki saya. Bagaimana tidak, lha wong pada tahun itu saya sering wara-wiri Jakarta-Jember dan sering banget keluar kota karena ada urusan, sudah kayak orang penting, pada tahun itu juga buku Darun Rindu saya lahir, yah meski isinya menye-menye. Namanya buku pertama pasti sangat berkesan, meski juga kalau saya baca-baca lagi pengen sekali saya muntah, tapi dari buku itu saya sadar bahwa saya sudah berkembang jauh lebih baik dari diri saya yang dulu, bijak tenan cocotku.
Dari banyaknya kejadian hebat yang terjadi di tahun 2018, yang tak kalah penting adalah ketika Tuhan mempertemukan saya dengan belahan jiwa seseorang yang sangat berpengaruh bagi kehidupan saya, terutama karya-karya saya. Orang yang mendukung impian-impian saya dan mempercayainya melebihi diri saya sendiri.
Husnudzon saya, Tuhan punya maksud atas rentetan yang terjadi pada tahun 2018. Ya masak, dari ratusan orang dari penjuru kota, ndilalah kok saya yang kepilih, kan ndak mungkin Gusti Pengeran cuma iseng mengabaikan doa-doa orang yang tulus dan memilih saya yang setengah pesimis ini yang pergi dan maju waktu itu. Apalagi saya penganut prinsip "tidak ada yang kebetulan di dunia ini", ya saya selalu mikir pasti ada maksud terselubung yangsedang Tuhan rahasiakan, tapi untuk saat ini saya masih belum menemukan jawabannya. Lain kali kalau sudah padhang dalane, akan saya ceritakan lagi di Blog ini.
Akhirul kalam, wabillahi taufiq wassayang, satu pelukan hangat untuk 2018 hehe :3
Komentar
Posting Komentar